Tentang azhri

be your self

tentang model atau peragawati

  1. 1.      Keperagawatian

Dunia mode sering dikaitkan dengan ketampanan dan keayuan.Nahkan ada yang nerkata untuk menjadi model atau peragawati/peragawan hanya bermodal keberanian dan kecantikan atau ketampanan.Tapi apakah memang benar demikian? Di dunia Barat, yang dinamakan New Look, sekarang bukan lagi wajah yang sempurna cantiknya dan tubuh yang indah, melainkan apa yang disebut personality atau kepribadian. Saat ini untuk menjadi seorang peragawati tidak hanya bermodalkan wajah cantik.Kalau peragawatinya lamban, bagaimana menangkap dan mengingat bermacam-macam koreografi (tata gerak).Bila peragaan busana itu diselenggarakan dekat dengan penonton, peragawati atau peragawan harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.Seorang peragawati/peragawan harus tahu bahan yang dipakainya dan menguasai detail-detail busana tersebut.

1)      Peragawati/peragawan

  1.                                               i.       Syarat-syarat fisik yang harus dipenuhi seorang peragawati
    1. Tinggi minimal 165 cm
    2. Berat badan ideal, sesuai dengan tinggi badan dikurangi 110 cm.
    3. Bentuk badan yang ideal serta terpelihara
    4. Berkeyakinan pada diri sendiri (percaya diri)
    5. Kecantikan wajah tidak mutlak
    6. Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat apabila terjadi sesuatu diluar dugaan.
    7. Bertanggung jawab pada profesinya (sikap profesional)
    8. Dapat merias diri sendiri apabila desainer tidak menyediakan orang untuk merias peragawati.
    9. Memiliki kesadaran dalam cara berbusana sehari-hari.
    10.                                             ii.       Kelengkapan yang harus dimiliki oleh seorang peragawati
      1. Sepatu : warna hitam, putih, coklat/crem, perak/emas
      2. Pilihlah model yang sederhana/polos dan tertutup. Sebaiknya sepatu disemprot dahulu dengan hair spray pada bagian bawah/telapak sepatu agar tidak licinketika berjalan.
      3. Stocking : warna kulit, [utih, hitam.
      4. Aksesoris
      5. Scarf, untuk melindungi make up agar tidak terkena pakaian yang akan dikenakan.
    11.                                           iii.       Yang harus dimiliki oleh seorang Peragawan
      1. Sepatu : warna hitam, coklat, putih.
      2. Celana panjang : warna hitam, coklat, putih
      3. Pada umumnya sepatu dan celana panjang warna hitam dan coklat yang sering digunakan, begitu pula dengan pemakaian dasi dan kaos kaki.
      4. Dasi panjang dan dasi kupu-kupu
    12.                                           iv.       Saran-saran untuk peragawati/wan :
      1. Hedaknya peragawati menanyakan kepada perancangnya tentang busana yang akan diperagakan dan bagaimana cara memakainya.
      2. Memeriksa busana yang akan diperagakan
      3. Mampu menonjolkan detail-detail busananya
      4. Jangan mengurangi pengaruh penampilan.
      5. Untuk peragwati jangan coba-coba make up baru.
    13.                                             v.       Gerakan dasar dalam memperagakan busana di atas panggung (Catwalk) :

Sebelum pementasan di atas panggung, peragawti/peragawan harus sudah menguasai bermacam-macam gerakan dasar dalam memperaga-kan busananya di tas panggung/pentas. Gerakan tersebut meliputi : bentuk postur, tehnik dasar berjalan, pose di atas pentas/panggung. Gerakan-gerakan tersebut dapat digabungkan antara yang satu dengan yang lainnya dan dapat pula dikembangkan kedalam berbagai bentuk gerakan, tergantung dari kreasi penata geraknya.

  1.                                           vi.       Bentuk postur

Seorang calon peragawati atau peragawan haruslah melatih bentuk posturnya lebih dulu agar terbiasa pada waktu berjalan di atas pentas. Yang harus dilakukan pertama kali adalah mengontrol bentuk badan pada dinding dengan cara menempelkan badan bagian belakang, apakah sudah lurus dan sejajar dengan dinding? Caranya ;

  1. Tempelkan badan bagian belakang pada dinding, kedua kaki rapat dan beri jarak antara tumit dan dinding lebih kurang 10 cm.
  2. Luruskan badan bagian belakang dengan dinding dengan cara perut ditekan atau ditahan, dada dikembangkan dan masukkan bagian pantatnya. Hasilnya, bagian belakang badan akan lurus tanpa ada antara pada bagian pinggang belakang dengan dinding.
  3. Badan digeser turun sampai setemgah jongkok dan tahan sambil menghitung sampai angka 10 (gerakan tersebut diulang-ulang sampai 5 kali)
  4.                                         vii.       Teknik dasar berjalan

Agar peragawati dan peragawan dapat tampil dengan di atas panggung, maka mereka harus menguasai teknik keperagaan, yang berfungsi untuk menunjang penampilannya secara maksimal.Teknik keperagaan meliputi penampilan diri di atas penggung, teknik gerak, teknik berjalan dan ekspresi wajah. Berikut ini adalah teknik berjalan yang harus dikuasai oleh seorang peragawan dan peragawati sebelum tampil di atas penggung, yang meliputi :

  1. a.      Berputar 1800 ( ½ lingkaran)

 

 

Berbalik ke kiri kaki kanan di depan, membalik ke kiri menjadi kaki kiri yang berada di depan( Gambar 28 )

 

 

Berbalik ke kanan, kaki kiri di depan membalik ke kanan menjadi kaki kanan yang berada di depan. Teknik ini digunakan untuk membalik ke arah yang berlawanan.( Gambar 29 )

  1. b.      Berputar 2700 ( ¾ lingkaran )

 

 

Jika ingin berbelok ke kiri, kaki kanan harus berada di depan berputar ke arah kanan, teruskan sampai ¾ lingkaran, begitu juga sebaliknya untuk membelok ke kiri. Teknik ini dapat digunakan untuk menunjukkan detail pakaian pada bagian punggung, Serta dapat digunakan untuk membelok ke kiri dan ke kanan. (Gambar 30 )

  1. c.       Teknik berputar satu lingkaran penuh

Digunakan untuk membalik ke arah semula. Caranya sama dengan berputar ¾ lingkaran hanya pada waktu berputar diteruskan sampai menuju ke arah semula. Sikap kaki selalu dalam keadaan pose (salah satu kaki berada di depan). Melangkah pertama dengan kaki yang ada di muka.Kecuali peragawan, sikap kaki dalam keadaan terbuka.

 

  1.                                       viii.      
    Macam-Macam Variasi Bentuk Gerakan Dasar

 

Gambar 31.Gerakan berjalan segitiga (triangle),Gerakan berjalan segi empat,

Gambar 32.Gerakan dasar berjalan angka delapan

  1.                                           ix.       Pose

Pose adalah satu posisi yang dilakukan peragawan/peragawati dalam keadaan stand/berdiri dengan sikap salah satu kaki berada di depan (untuk peragawati), sedangkan untuk peragawan sikap kaki dalam keadaan terbuka.

Berpose juga memiliki berbagai variasi bentuk, tergantung dari busana yang diperagakan. Pose tersebut berguna pula untuk memamerkan/menjelaskan desain busana dengan detail-detailnya kepada penonton.

  1. 1.      Peragaan Busana

Dalam pelaksanaan peragaan busana yang perlu diperhatikan adalah penampilan peragawati/peragawan secara maksimal di tas panggung yang berupa : tata rias, tata busana, ekspresi wajah, tata gerak (koreografi), urutan penampilan.

  1. 2.      Tata Rias

Tata rias digolongkan menjadi dua bagian yaitu : tata rias wajah dan tata rias rambut. Tata rias wajah khusus untuk panggung senantiasa agak tebal dari pada tata rias wajah sehari-hari.Pilih warna yang serasi dengan warna pakaiannya atau dapat juga warna yang netral yang dapat dipadukan dengan warna pakaian. Perlu diketahui, tata rias wajah untuk sehari-hari bereda dengan tata rias untuk malam hari ; misalnya untuk busana pesa malam hari tentunya lebih dipertebal lagi. Tata rias rambut ; senantiasa digunakan sanggul cepol (modifikasi), karena sanggul ini mudah dan cepat pembuatannya serta lebih fleksibel, dapat digunakan pula untuk berbagai kesempatan dalam berbusana. Jika peragawati memiliki rambut yang pendek, dapat juga disisir dengan rapih. Tatat rias tersebut harus selalu rapih dan selalu dikontrol setiap akan pentas.

  1. 3.      Tata Busana

Busana yang akan dipakai untuk peragaan memegang peranan penting pula, karena itu sebelum tampil ke atas panggung sebaiknya dikontrol lebih dahulu apakah sudah baik atau cocok satu sama lainnya untuk ditampilkan. Sebagai contoh, untuk pakaian yang akan diperagakan, harus diperhatikan :

  1. Jenis kesempatannya
  2. Siapa yang akan mengenakannya
  3. Bagaimana jatuhnya pakaian tersebut di badan.
  4. Bagaimana penyelesaiannya

Setelah pakaian-pakaian tersebut terpilih sesuai dengan ketentuan, sebaiknya digantung menurut kesempatannya, misalnya ; pakaian sehari-hari dikelompokkan dengan pakaian sehari-hari dst.Selanjutnya disiapkan pelengkap busana (aksesoris dan millineris) yang dapat melengkapi penampilan peragawan/peraga-wati di atas panggung, sehingga dapat tampil dengan maksimal.

  1. 4.      Anjuran :
    1. Letakkan pelengkap busana di dekat pakaian yang digantung.
    2. Jangan terlalu banyak mengenakan perhiasan
    3. Pakailah aksesori yang sewarna/sejenis
    4. Pakailah aksesori yang serasi dengan warna pakaian
    5. Kualitas aksesori disesuaikan dengan kualitas busana dan tujuan pemakaiannya.
    6. Sesuaikanlah ukuran aksesori dengan pemakai.

 

 

pengertian busana pesta malam

Busana pesta adalah busana yang digunakan pada kesempatan pesta, dimana busana tersebut dibagi menurut waktunya yaitu pagi, siang, malam (Prapti Karomah dan Sicilia S, 1998:8-9). Menurut Enny Zuhny Khayati (1998) busana pesta malam adalah busana yang dipakai pada kesempatan pesta dari waktu matahari terbenam sampai waktu berangkat tidur, baik yang bersifat resmi maupun tidak resmi. Menurut Sri Widarwati (1993:70) busana pesta adalah busana yang dibuat dari bahan yang bagus dan hiasan yang menarik sehingga kelihatan istimewa.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan busana pesta adalah busana yang dikenakan untuk kesempatan pesta dan dibuat lebih istimewa dari busana lainnya, baik dalam hal bahan, desain, hiasan, maupun teknik jahitannya.

 

  1. 1.        Penggolongan Busana Pesta

Menurut Enny Zuhny Khayati (1998) dan Sri Widarwati (1993) busana pesta dikelompokkan menjadi:

 

  1. a.         Busana Pesta Pagi

Busana pesta pagi atau siang adalah busana yang dikenakan pada kesempatan pesta antara pukul 09.00-15.00. Busana pesta ini terbuat dari bahan yang bersifat halus, lembut, menyerap keringat dan tidak berkilau, sedangkan pemilihan warna sebaiknya dipilih warna yang lembut tidak terlalu gelap.

  1. b.        Busana Pesta Sore

Busana pesta sore adalah busana yang dikenakan pada kesempatan sore menjelang malam. Pemilihan bahan sebaiknya bertekstur agak lembut dengan warna bahan yang cerah atau warna yang agak gelap dan tidak mencolok.

 

  1. c.         Busana Pesta Malam

Busana pesta malam adalah busana yang dikenakan pada kesempatan pesta malam hari. Pemilihan bahan yaitu yang bertekstur lebih halus dan lembut. Mode busana kelihatan mewah atau berkesan glamour. Warna yang digunakan lebih mencolok, baik mode ataupun hiasannya lebih mewah.

  1. d.        Busana Pesta Malam Resmi

Busana pesta malam resmi adalah busana yang dikenakan pada saat resmi, mode masih sederhana, biasanya berlengan tertutup sehingga kelihatan rapi dan sopan tetapi tetap terlihat mewah.

  1. e.         Busana Pesta Malam Gala

Busana pesta malam gala adalah busana pesta yang dipakai pada malam hari untuk kesempatan pesta, dengan ciri-ciri mode terbuka, glamour, mewah. Misalnya : Backlees (punggung terbuka), busty look (dada terbuka), decolette look (leher terbuka) dan lain-lain.

  1. 2.        Karakteristik Busana Pesta

Untuk menghasilkan sebuah busana pesta yang bagus dan bermutu tinggi   perlu   mempertimbangkan   karakteristik  dari   busana   pesta tersebut. Karakteristik busana pesta antara lain :

a)        Siluet Busana Pesta

Menurut Sri Widarwati (1993) siluet busana pesta adalah struktur pada desain busana yang mutlak harus dibuat dalam suatu desain. Siluet adalah garis luar (bayangan) suatu busana (Sicilia Sawitri, 1994:57). Penggolongan siluet dibagi beberapa macam :

1)        Bentuk dasar

Penggolongan siluet menurut bentuk dasar dibedakan menjadi 3, yaitu:

a)        Siluet lurus atau pipa (straigh/tabular)

b)        Siluet lonceng (bell-shape/bouffant shilouette)

c)        Siluet menonjol (bustle shilouette)

2)        Pengaruh tekstur

Siluet berdasarkan pengaruh tekstur dibedakan menjadi 2 yaitu siluet tailor dan siluet draperi.

3)        Kesan usia

Berdasarkan kesan usia, siluet dibedakan menjadi 2 yaitu siluet dengan kesan gadis remaja (flapper shilouette) dan siluet dengan kesan dewasa (mature shilouette)

4)        Bermacam huruf

Berdasarkan bentuk huruf siluet dibedakan menjadi siluet A, H, I, T, Y, S, X, O, dan L.

5)        Bentuk yang ada di alam

Berdasarkan bentuk yang ada di alam siluet dibedakan menjadi 4 yaitu:

a)        Siluet hourglass yaitu mengecil dibagian pinggang. Siluet ini masih dibedakan lagi menjadi 3 yaitu :

(1)      Siluet natural yaitu siluet yang menyerupai kutang atau strapless. Bagian bahu mengecil, bagian dada besar (membentuk buah dada) bagian pinggang mengecil dan bagian rok melebar.

(2)      Pegged skirt yaitu siluet dengan bentuk lebar di bahu, mengecil di pinggang, membesar di pinggul dan pada bagian bawah rok mengecil.

(3)      Siluet flare yaitu siluet dengan bentuk bahu lebar membentuk dada, mengecil di pinggang dan di bagian rok melebar. Pada umumnya siluet ini memakai lengan gembung dan rok pias, rok kerut, dan rok lipit yang lebar.

(4)      Siluet melebarkan badan, siluet ini memberikan kesan melebarkan si pemakai karena menggunakan garis horizontal, lengan kimono, lengan setali, lengan raglan atau lengan dolman.

b)        Siluet geometrik yaitu siluet yang bentuknya berupa garis lurus dari atas ke bawah tidak membentuk tubuh. Siluet geometrik dibedakan menjadi 4 yaitu siluet persegi panjang (rectangle), siluet trapesium (trapeze), siluet taji (wedge), dan siluet tunik ( T shape)

c)        Siluet bustle yang mempunyai ciri khas adanya bentuk menonjol di bagian belakang. Memiliki bentuk asli mengecil dibagian pinggang kemudian diberi tambahan berupa draperi atau kerutan yang dilekatkan atau terlepas.

d)       Siluet pant (celana)

(Sicilia Sawitri, 2000:77)

Menurut Sri Widarwati (1993) busana pesta seringkali terbuka bagian atas, seperti model decollate, strapless/bustle, backless, dan lain-lain.

Penerapan siluet pada desain busana menggunakan siluet A yang pada bagian atas sedikit terbuka dengan menggunakan keep untuk menutup bagain dada agar tidak terlihat begitu fulgar.

b)        Bahan Busana Pesta

Bahan yang digunakan untuk busana pesta biasanya dipilih bahan-bahan yang berkualitas tinggi dan mampu menimbulkan kesan mewah. Bahan-bahan tersebut antara lain bahan yang tembus terang seperti bahan brokat, tile, organdi, sifon dan lain – lain (Enny Zuhni Khayati, 1998:2). Sedangkan menurut Sri Widarwati (1993) bahan yang digunakan untuk busana pesta antara lain beledu, kain renda, lame, sutera, dan sebagainya. Busana pesta yang digunakan pada umumnya adalah bahan yang berkilau, bahan tembus terang, mewah dan mahal setelah dibuat. Menurut Enny Zuhni Khayati (1998:9) ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan busana yaitu :

(1)   Memilih bahan sesuai dengan desain.

(2)   Memilih bahan sesuai dengan kondisi si pemakai.

(3)   Memilih bahan sesuai dengan kesempatan.

(4)   Memilih bahan sesuai dengan keuangan keluarga.

c)         Warna Busana Pesta

Warna yang digunakan dalam pembuatan busana pesta biasanya kelihatan mewah dan gemerlap, untuk busana pesta malam biasanya menggunakan warna-warna mencolok/cerah, warna-warna yang lembut, seperti ungu, biru muda, dan putih serta warna-warna tua/gelap, seperti merah menyala dan biru gelap (Prapti Karomah dan Sicilia Sawitri, 1998). Sedangkan menurut Sri Widarwati (1993) pemilihan warna busana pesta berbeda, harus disesuaikan dengan kesempatan pestanya. Pada umumnya warna yang digunakan untuk busana pesta malam adalah yang mengandung unsur merah, hitam, keemasan, perak, atau warna-warna yang mengkilap.

d)        Tekstur Bahan Busana Pesta

Tekstur adalah sifat permukaan dari suatu benda yang dapat dilihat dan dirasakan. Sifat-sifat permukaan tersebut antara lain: kaku, lembut, kasar, halus, tebal, tipis, dan tembus terang (transparan), (Sri Widarwati, 1993 : 14). Tekstur terdiri dari bermacam-macam yaitu tekstur kaku, tekstur kasar dan halus, tekstur lemas, tekstur tembus terang, tekstur mengkilap dan kusam (Arifah A Riyanto, 2003 : 47). Menurut Enny Zuhni Khayati (1998) tekstur bahan untuk busana pesta biasanya lembut, licin, mengkilap/kusam, tidak kaku dan tidak tebal dan juga memberikan kesan nyaman pada waktu dikenakan.

  1. 2.        Pola Busana

Pola busana merupakan suatu potongan kain atau kertas, yang dipakai sebagai contoh untuk membuat baju/busana ketika bahan digunting (Porrie Muliawan, 1992). Menurut Widjiningsih (1994:1) pola terdiri dari beberapa bagian, yaitu pola badan (blus), lengan, kerah, rok, kulot dan celana yang masih dapat diubah sesuai mode yang dikehendaki. Adapun langkah pembuatan pola adalah sebagai berikut:

  1. a.         Pengambilan Ukuran

Untuk memperoleh pola busana yang pas dan cocok dengan model memerlukan ukuran bagian tubuh model secara tepat dan akurat. Setiap sistem atau metode pembuatan pola kontruksi memiliki jenis kebutuhan tentang ukuran yang berbeda-beda. Sebelum melakukan pengukuran, model yang hendak diambil ukurannya harus menggunakan peter ban dan diikatkan pada bagian-bagian tubuh tertentu hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil ukuran yang akuran selain itu atribut busana yang menjadikan tubuh lebih besar harus dilepas. Ukuran yang diperlukan dalam pembuatan busana pesta malam adalah sebagai berikut:

1)      Lingkar Leher (L.L.) : Diukur sekeliling batas leher, dengan meletakkan jari telunjuk di lekuk leher.

2)      Lingkar Badan (L.B.) : Diukur sekeliling badan atas yang terbesar, melalui puncak dada, ketiak, letak sentimeter pada badan belakang harus datar dari ketiak sampai ketiak. Diukur pas dahulu, kemudian ditambah 4 cm, atau diselakan 4 jari.

3)      Lingkar Pinggang (L.PL) : Diukur pas sekeliling pinggang.

4)      Lingkar Pinggang (LP) : Diukur sekeliling pinggang, pas dahulu, kemudian ditambah 1 cm, atau diselakan 1 jari. Untuk pinggang ban rok dan slack. Boleh dikurangi 1 cm.

5)      Lingkar Panggul (L.Pa.) : Diukur sekeliling badan bawah yang terbesar, ditambah 2 cm sebelah atas puncak pantat dengan sentimeter datar. Diukur pas dahulu, kemudian ditambah 4 cm atau diselakan 4 jari.

6)      Tinggi Panggul (T.Pa) : Diukur dari bawah ban petar pinggang sampai di bawah ban sentimeter di panggul.

7)      Panjang Punggung : Diukur dari tulang leher yang menonjol di tengah belakang lurus ke bawah sampai di bawah ban petar pinggang.

8)      Lebar Punggung : Diukur 9 cm di bawah tulang leher yang menonjol atau pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas lengan kiri sampai batas lengan yang kanan.

9)      Panjang Sisi (P.S.) : Diukur dari batas ketiak ke bawah ban petar pinggang di kurangi 2 a 3 cm.

10)  Lebar Muka (L.M.) : Diukur pada 5 cm di bawah lekuk leher atau pertengahan jarak bahu terendah dan ketiak dari batas lengan yang kanan sampai batas lengan yang kiri.

11)  Panjang Muka (P.M.) : Diukur dari lekuk di tengah muka ke bawah sampai di bawah ban petar pinggang.

12)  Tinggi Dada(T.D.) : Diukur dari bawah ban petar pinggang tegak lurus ke atas sampai di puncak buah dada.

13)  PanjangBahu(P.B.) : Diukur pada jurusan di belakang daun telinga dari batas leher ke puncak lengan, atau bahu yang terendah.

14)  Lebar Dada (L.D.) : Diukur jarak dari kedua puncak buah dada. Ukuran ini tergantung dari (B.H.) buste-haouder atau kutang pendek yang dipakai. Ukuran ini tidak dipakai untuk konstruksi pola, hanya untuk ukuran pemeriksa.

15)  Panjang Lengan Blus (P.L.B.) : Diukur dari puncak lengan terus ke bawah lengan sampai melampaui tulang pergelangan lengan yang menonjol.

16)  Lingkar Lubang Lengan (L.L.L.) : Diukur sekeliling lubang lengan, pas dahulu ditambah 2 cm untuk lubang lengan tanpa lengan, dan ditambah 4 cm untuk lubang lengan yang akan dipasangkan lengan.

17)  Ukuran Uji (U.U.) : Diukur dari tengah muka di bawah ban petar serong melalui puncak buah dada ke puncak lengan terus serong ke belakang sampai di tengah belakang pada bawah petar ban.

18)  PanjangRok   : Diukur dari batas pinggang sampai batas yang diinginkan.

  1. b.        Metode Pembuatan Pola

Pola adalah langkah awal dalam proses pembuatan busana. Pola ada beberapa jenis yaitu pola jadi dan pola yang dibuat langsung. Pola jadi adalah pola yang sudah ada di pasaran seperti majalah atau tabloid. Jenis pola yang sudah jadi yaitu, pola standar, pola rader, pola amplop, pola cetak, pola diagram. Selain pola yang sudah ada, cara untuk mendapatkan pola dengan membuatnya sendiri. Metode pembuatan busana terdiri dari dua macam yaitu :

1)        Drapping

Drapping adalah cara membuat pola atau busana dengan meletakkan kertas tela sedemikian rupa di atas badan seseorang yang akan dibuatkan busananya mulai dari tengah muka menuju ke sisi dengan bantuan jarum pentul (Widjiningsih, 1990 :1).

Untuk memperoleh bentuk yang sesuai dengan bentuk badan diberikan lipit pantas (kupnaad). Metode Drapping ini hanya dapat dikerjakan untuk orang lain dan banyak dilakukan sebelum konstruksi pola berkembang.

2)        Konstruksi Pola

Konstruksi pola adalah pola yang dibuat berdasarkan ukuran yang dari bagian-bagian yang diperhitungkan secara matematis dan gambar pada kertas sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok dan lain-lain (Widjiningsih, 1994:3).

Dengan konstruksi pola ini dapat dibuat bermacam-macam busana. Menurut Porrie Muliawan (1992:7) untuk memperoleh konstruksi pola yang baik harus menguasai hal-hal sebagai berikut:

a)        Cara mengambil macam-macam jenis ukuran harus tepat dan cermat.

b)        Cara menggambar bentuk tertentu seperti garis leher, garis lubang lengan harus lancar dan tidak ada keganjilan.

c)        Perhitungan pecahan dari ukuran yang ada dalam konstruksi harus dikuasai.

Sistem atau cara pembuatan pola kontruksi terdapat beberapa macam seperti metode So-en, Meyneke, Charman, Cuppens Guers, Frans Wenner coupe, Derssmaking, ho Twan Nio, Njo Hong Hwie, Muhawa, Edi Budiharjo.

Saat membuat pola busana, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti:

  1. Sewaktu mengambil ukuran harus benar tepat dan cermat. Model diikat dengan peter ban pada beberapa bagian tubuh. Model harus berdiri dengan tegap jangan sampai membungkuk.
  2. Cara menggambarkan lengkungan-lengkungan pola pada busana harus luwes, seperti menggambar kerung lengan. kerung leher, garis panggul dan lain-lain.
  3. Perhitungan yang dilakukan harus cermat dan teliti sesuai dengan rumus, agar hasil yang diperoleh benar.

                        Penerapan pembuatan pola menggunakan pola dasar mayneke.

  1. c.         Teknologi Busana

Teknologi busana adalah cara atau teknik pembuatan busana agar hasilnya menarik dan nyaman dipakai (Nanie Asri Yuliati, 1993). Busana yang berkualitas tinggi biasnya penyelesaiannya menggunakan tangan seperti pengeliman, penyelesaian kampuh, penyelesaian lapisan, sehingga memakan waktu yang relatif lama dan membutuhkan ketelatenan. Teknologi pembuatan busana terdiri dari:

d)        Teknologi penyambungan (kampuh)

Kampuh adalah kelebihan jahitan atau tambahan jahitan untuk menghubungkan dua bagian dari busana yang dijahit (Nanie Asri Yulianti, 1993). Kampuh ada dua macam yaitu kampuh buka dan kampuh tutup.

1)        Kampuh Buka

Kampuh buka adalah kelebihan jahitan yang dihubungkan dua bagian dari busana yang dijahit secara terbuka. Cara menjahitnya yaitu:

a)        Kampuh – kampuh yang akan dijahit disatukan, kemudian dijahit dengan jarak sedang tepat pada garis pola.

b)        Kampuh yang sudah dijahit dibuka dan dipres dengan setrika.

Macam – macam kampuh buka antara lain :

a)        Kampuh buka diselesaikan dengan obras.

b)        Kampuh buka diselesaikan dengan setik mesin.

c)        Kampuh buka diseleseikan dengan rompok.

d)       Kampuh buka diselesaikan dengan zig -zag.

e)        Kampuh buka diseleseikan dengan tusuk balut.

f)         Kampuh buka diselesaikan dengan tusuk feston.

Teknik yang digunakan dalam pembuatan busana pesta malam pada kesempatan ini adalah kampuh buka diselesaikan dengan teknik dirompok kemudian disom, diterapkan pada rok pias 6.

2)        Kampuh Tutup

Kampuh tutup adalah kelebihan jahitan dari dua bagian yang tidak terbuka tetapi menjadi satu.

a)        Kampuh Balik

Kampuh yang dipakai untuk menyelesaikan pakaian anak, lenan rumah tangga dan untuk menyelesaikan pakaian dewasa wanita yang berbahan tembus terang. Ada dua macam kampuh balik yaitu kampuh balik biasa dan kampuh balik semu.

b)        Kampuh Pipih

Adalah yang digunakan untuk pakaian bayi dan pakaian pria.

c)        Kampuh Perancis

Kampuh yang dipakai bolak-balik, kampuh ini pada bagian baik buruknya terdapat dua jalur setikan.

 

e)         Teknologi pelapisan/ lining

Pelapisan yaitu kain untuk melapisi kain yang bahannya tipis atau kain yang terasa gatal dikulit (M.H Wancik, 2000:16). Linning adalah kain pelapis busana dan penutup jahitan sehingga busana tampak rapi, baik dari luar maupun bagian dari dalam (Sicilia Sawitri, 1997). Penggunaan Linning juga berfungsi untuk menjaga agar bahan utama dari pakaian tidak cepat rusak terutama untuk pakaian dari dari bahan yang berkualitas tinggi dan harganya mahal (Nanie Asri Yuliati, 1993:76). Dalam pemilihan linning harus disesuaikan dengan bahan pokok, bentuk busana, warna busana serta memiliki karakter hampir sama dengan bahan pokoknya. Contoh kain furing yaitu abute, asahi, errow, voul (Prapti Karomah, 1990:30). Menurut Nanie Asri Yuliati (1993) teknik pemasangan linning ada dua cara yaitu :

1)   Teknik lepas yaitu teknik pemasangan antara bagian bahan utama dengan linning dijahit sendiri-sendiri, namun pada bagian tertentu dijahit menjadi satu untuk menyatukan kedua bagian tersebut. Misalnya pada rok yang berfuring lepas disatukan pada bagian ban pinggang.

2)   Teknik lekat yaitu teknik pemasangan antara bahan utama dengan linning dijahit menjadi satu, biasanya digunakan untuk menjahit bahan-bahan transparan.

 

f)          Teknologi interfacing

Interfacing adalah lapisan yang tampak dari luar, misalnya lapisan lapel krah, lapisan belahan pada tengah muka (Sicilia Sawitri, 1997). Kegunaan interfacing ini adalah untuk memperbaiki bentuk jatuh bagian-bagian busana sehingga terlihat rapi dan indah. Di pasaran interfacing di jual dalam berbagai macam bentuk seperti kain pasir, viselin, kain keras, kain gabus dan lain-lain. Dalam menentukan interfacing hendaknya memperhatikan hal-hal dibawah ini:

  1. Kesesuaian dengan bahan utama
  2. Kesesuaian antara tebal dan tipis bahan utama
  3. Ketepatan penempatan bahan pelapis
  4. Kesesuaian dengan tujuan atau kegunaan interfacing

g)        Teknologi pengepresan

Teknologi pengepresan adalah suatu cara agar kampuh-kampuh terlihat lebih pipih dan rapi. Pengepresan ini dilakukan setiap kali selesai menjahit dengan menggunakan setrika dengan suhu yang disesuaikan dengan bahan busananya (Sicilia Sawitri : 1997). Pada saat pengepresan untuk kain yang tipis atau mudah mengkilat sebaiknya menggunakan pelapis atau bahan lain.

                        Penerapan Dalam Desain Busana

Penerapan teknologi kampuh yang digunakan menggunakan kampuh buka dan dibagian bawah rok menggunakan penyelesaian wallsoom yang kemudian di ssom gulung.

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.